I.
PENGERTIAN.
Ø
Infeksi pada
tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses
spesifik (m, Tuberkulosa, jamur). (Kapita
Selekta Kedokteran, P 358. Jakarta. 2000 ).
Ø
Infeksi tulang
dengan menghasilkan nanah yang dapat menjadi akut / kronis, menyerang dari satu
lokasi saja (umumnya) tetapi tidak dapat menyebar melalui sumsum tulang dan
membran yang melindungi tulang.
(Diseases
Dr. Robert Coopai. Jakarta
1996)
Pembagian
Osteomielitis :
1. Primer, yang disebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus
lainnya, dapat dibagi menjadi: osteomielitis akut dan kronik.
2.
Sekunder (osteomielitis
per kontinuitatum). Yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti
bisul dan luka.
II.
TANDA DAN GEJALA.
Æ Panas tinggi, anorexia, malaise (adanya proses
septikemi).
Æ Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan
anggota bersangkutan, pembengkakan lokal (tanda-tanda radang akut: rubor,
dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan.
Æ Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit
tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah dan bengkak.
Æ LAB : leokositosis, anemi, LED meningkat.
III.
ETIOLOGI.
Osteomielitis
terjadi sebagai invasi langsung ke dalam jaringan tulang dari luka yang
terbuka, fraktura tulang atau sebagai infeksi sekunder. Pada infeksi pada organ
– organ tubuh yang jauh dari tulang misalnya: radang tenggorokan karena
streptokokkus atau pneomonia bakterial. phatogen utama adalah staphylococcus
aureus, Eschericia coli, Streptococcus phygenus dan Basilus tuberculosa.
IV.
PATOFISIOLOGI.
|
||||||||
|
V.
PENATALAKSANAAN.
A.
Perawatan di
Rumah sakit.
B.
Pengobatan
suportif dengan pemberian infus.
C.
Pemeriksaan
laboratorium dan biakan darah.
D.
Antibiotik
spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan
langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3 – 6
minggu.
E.
Imobilisasi
anggota gerak yang terkena.
F.
Tindakan
pembedahan ( operasi ). Dengan indikasi untuk melakukan operasi ;
Æ Adanya abses.
Æ Rasa sakit yang hebat.
Æ Adanya sekuestor.
Æ Bila dicurigai adanya perubahan kearah keganasan
(karsinoma epidermoid), saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan
adalah bila involukram telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca
pembedahan.
G.
Health education.
Perlunya pengertian dan kepatuhan dalam pengobatan
jangka panjang atau penjelasan tentang pentingnya mendapat pertolongan /
perhatian medis yang cepat terhadap infeksi lokal atau sistemik untuk mencegah
kekambuhan.
VI.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1.
Hitung sel darah,
kultur darah.
2.
Pemeriksaan
radiologi sendi.
3.
Pemeriksaan kultur aspirasi sendi.
DATA
DASAR PENGKAJIAN PASIEN.
1.
Aktivitas dan
istirahat.
Tanda
: Keterbatasan
/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2.
Sirkulasi.
Tanda : · Hipertensi, (kadang-kadang
terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ancietas) atau hipotensi.
·
Takhikardia, (respon stres,
hipovolemia).
·
Penurunan / tak ada pada
nadi bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena.
·
Pembengkakan jaringan atau
masa hematoma pada sisi cedera.
3.
Neorosensori.
Gejala : · Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
·
Kebas / kesemutan
(parastesis).
Tanda : · Deformitas lokal: angulasi abnormal,
pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan
/ hilang fungsi.
·
Agitasi, (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain).
4.
Nyeri / kenyamanan.
Gejala : · Nyeri berat
tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pad area jaringan / kerusakan
tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.
·
Spasme / kram otot (setelah
imobilisasi).
5.
Keamanan.
Tanda : · Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan,
perubahan warna.
·
Pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL.
1.
Kerusakan mobilitas fisik
yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
2.
Potensial terhadap infeksi
yang berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri
3.
Nyeri yang berhubungan
dengan inflamasi, insisi dan drainase.
4.
Kurangnya pengetahuan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan di
rumah.
Ø
Intervensi keperawatan diagnosa pertama.
1.
Pertahankan tirah baring;
tangani ekstremitas yang sakit dengan lembut.
2.
Immobilisasi sendi /
ekstremitas dengan menggunakan gips, bebat, dan atau bantal untuk mempertahankan kesejajaran; tinggikan untuk
mengurangi edema.
3.
Bantu dan ajarkan rentang
gerak pasif atau aktif pada ekstremitas yang tidak sakit setiap 4 jam dan nafas
dalam setiap ½ jam.
4.
Libatkan dalam pembuatan
rencana perawatan dan berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri.
5.
Tingkatkan sosialisasi.
6.
Pantau terhadap tanda
Trombosis Vena Dalam (TVD); nyeri betis, tanda homan (nyeri betis atau dorso
fleksi kaki), edema.
7.
Lakukan perawatan kulit
setiap hari.
Ø Intervensi keperawatan diagnosa kedua.
1.
pertahankan cairan
parenteral dengan antibiotik.
2.
Pantau terhadap tanda vital
setiap 4 jam.
3.
Kolaborasi denga dokter dan
siapkan pasien untuk melakukan eksisi dan drainage bila terdapat lesi
terinfeksi.
4.
Pantau masukan dan haluaran
cairan irigasi.
5.
Pertahankan agar pasien
tetap kering dan hangat.
6.
Observasi terhadap
luka-luka pada kulit.
7.
Pantau insisi dari
perdarahan, ganti balutan setiap hari; pertahankan teknik aseptik.
8.
Berikan diet tinggi
protein, tinggi kalori sesuai toleransi untuk meningkatkan proses penyembuhan.
9.
Perbanyak masukan cairan
sampai batas tertinggi dari BB dan usia.
Ø
Intervensi keperawatan
diagnosa ketiga.
1.
Kaji lokasi, intensitas dan
type nyeri.
2.
Bantu pasien dalam
mengganti posisi dengan sering; berikan penyangga pad abagian akstremitas yang terkena;
lakukan gosok punggung.
3.
Berikan aktivitas
relaksasi.
4.
Diskusikan dan tingkatkan
tindakan penurunan rasa nyeri alternatif.
Ø
Intervensi keperawatan diagnosa
keempat.
1.
Berikan dan informasikan
tentang program rehabilitasi yang disarankan, instruksi terapi fisik dan perawatan
di rumah.
2.
Berikan informasi tentang
perawatan luka insisi dan tekankan pentingnya teknik aseptik.
3.
Berikan informasi tentang
proses penyakit dan komplikasi.
4.
Diskusikan tanda dan gejala
untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter: nyeri tekan, rasa tak nyaman,
demam, malaise, haluaran dari insisi.
5.
Berikan obat-obatan sesuai
jadwal, termasuk nama, dosis, dan efek samping: instruksikan untuk minum obat
yang diresepkan.
6.
Tekankan pentingnya diet
yang bergizi dan memperbanyak masukan cairan.
Ë
Referensi.
Buku Ajar keperawatan
Gangguan Sistem Muskulus Skeletal (Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Banjarbaru). Disusun oleh Agus Rahmadi.A,Kep. Banjarbaru, 1993.
Diseases (Penyakit)
Dr.Robert B. Copper. Editor Dr. drh Mangku Sitepu. Buku edisi pertama.
Grasindo. Gramedia Jakarta. 1996.
Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ketiga. Editor Arif Mansyur, dkk. Media Aesculapius. FKUI. Jakarta. 2000.
Standar Keperawatan pasien.
Edisi V. Susan Martin, Tucher. EGC. Jakarta 1992.
0 komentar:
Posting Komentar