Pada
hakikatnya pembangunan yang kita laksanakan ini, yang kita
dengungkan-dengungkan sebenarnya adalah membangunan manusia, dengan kata lain
kita membangun sumber daya manusia. Selanjutnya adalah apa indikator
pembangunan manusia ?. Indikator pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM atau HDI adalah indeks
komposi atau gabungan dari Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Melek Huruf (tingkat
pendidikan) dan Pendapatan Perkapita (GNP/Cap).
Salah
satu indicator IPM yaitu Umur Harapan Hidup (UHH)adalah tanggung jawab dari
pembangunan sektoral kesehatan, karena tujuan pembangunan kesehatan adalah
peningkatan status atau derajat kesehata, sedangkan indicator utama derajat
kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk menghitung UHH adalah dengan
mengetahui AKB tersebut, dengan kata lain tujuan pembangunan kesehatan pada
akhirnya peningkatan UHH, dengan kata lain juga peranan pembangunan kesehatan
sangat besar kontrusinya terhadap IPM atau pembangunan pada umunya.
Bagaimana
posisi IPM Indonesia ?. Pada lima
tahun terkahir IPM Indonesia terpuruk terus.
Posisi Indonesia pada urutan 112, sedangkan Vietnam 109, itu artinya
pembangunan Indonesia di
bawah Vietnam.
Bila dilihat dari konsep IPM tersebut maka salah satu penyebab buruknya kinerja
pembangunan Indonesia
adalah pembangunan kinerja kesehatan. Banyak penyebab rendahnya kinerja
pembangunan kesehatan Indonesia, diantaranya yang cukup besar pengaruhnya
adalah factor lingkungan salah satunya lingkungan politik. Lingkungan politik
yang kurang mendukung, menyebabkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan yang
juga kurang mendukung atau tidak
“Healthy Public Policy”, sehingga kebijakan kesehatan Indonesia yang kurang
kondusif. Untuk upaya-upaya ini maka
peranan promosi kesehatan sangat dominan dalam rangka membangun kemitraan untuk
membangun koalisi strategis
Sebelum
kita membahas Promosi Kesehatan maka kita sebaiknya kita membahas sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat. Karena perkembangan Promosi Keseharan tidak terlepas dari perkembangan Kesehatan
Masyarakat khususnya di Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena Visi Promosi Kesehatan yang tertuang dalam berbagai
konvensi Internasional Promosi Kesehatan, mulai dari Konferensi Promosi
Kesehatan pertama di Ottawa, Canada Tahun 1986 yang menerbitkan ’The Otawa
Charter’. Konferensi kedua di Adelaide, Australia tahun 1988 yang
mengeluarkan ”Adelaide Recommendation”.
Konferensi Ketiga di Sundsvall, Swedia tahun 1991 dan Konferensi yang terakhir atau
keempat di Jakarta tahun 1997 dengan menerbitkan ’The Jakarta Declaration’
adalah merubah ’lingkungan yang memepengaruhi kesehatan’ yang tertuang dalam
’The Five Ottawa Charter Strategies’ diantaranya adalah ’built healthy public
policy, create supportive enviroment, dan strengthen community action’ (The
Jakarta Declaration, 1997).
Sedangkan konsep kesehatan masyarakat
visi terbesarnya yang dapat merubah sistem atau yang besar pengaruhnya dalam
mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan diantara faktor-faktor prilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor hereditas (Blum, dalam Gani, 2000).
Maksud dari uaraian diatas bahwa paradigma
atau pola pikir Kesehatan Masyarakat maupun Promosi Kesehatan adalah sama yaitu
merubah lingkungan atau sistem tatanan kesehatan secara komprehensif atau
holistik (menyeluruh). Dengan kata lain
peran Promosi Kesehatan dalam kesehatan adalah mengintervensi berbagai faktor
derajat kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Notoatmodjo, 2005).
Untuk itu wajarlah bila kita membahas sedikit mengenai perkembangan kesehatan
masyarakat.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat.
Perkembangan
Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan Masyarakat (Public
Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani Asclepius atau
Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama, yang tampan
dan pandai telah melakukanpengobatan bahkan bedah dengan prosedur yang baik. Sedangkan
Higea adalah asistennya yang cantik dan melakukan pencegahan penyakit dan
mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersi, melaksanakan hidup seimbang,
kebersihan diri menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun,
makan makanan yang bergizi dan cukup istirahat.
Pada
akhirnya kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Mengabungkan dua aliran kesehatan yang berbeda tapi tidak
saling bertentangan, saling behubungan satu sama lain. Aliran Aesculapius
cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah sakit yaitu melalui
Pengobatan atau Kuratif. Sedangkan aliran Higea cenderung melakukan pencegahan
penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi) kesehatan.
Mitologi tersebut menjadi inspirasi bagi embrio Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Periode Perkembahangan Ilmu Kesehatan.
- Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).
Sejarah
kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani
dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya
pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukandokumen-dokumen tentang
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah
(drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari
hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine)
dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’, bukan untuk alasan
kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno,
peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu
pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke
tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi,
dsb. (Notoadmodjo, 2005).
a.
Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat
terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular
dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon,
1964). Penyakit kolera menjalar dari
Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan
akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi pusat endemik
kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan
Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan
sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah
telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu (Notoadmodjo, 2005).
b.
Abad ke-13 sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling dasyat terjadi di China dan
India, diperkirkan 13 juta orang meninggal.
Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap
harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Pertistiwa
tersebut dikenal dengan ’The Black
Death’. Pada abad tersebut Kolera juga
menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6
orang karena penyakit menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang.
Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri,
Tifus, dan Disentri.
2. Periode
Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).
a. Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19
(kebangkitan Ilmu Pengetahuan.
Penyakit-penyakit
yang muncul bukan saja dilihat sebagai
fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan
berbagai macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin
Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi
ditemukan oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan
Edmin Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit
tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang
upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan
tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk
menangani masalah kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedolteran didirikan oleh John
Hopkins di Baltimore AS, dengan salah satu departemennya adalah Departemen
Kesehatan Masyarakat. Tahun 1908 sekolah
kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan
masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk
Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota
yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika (American Public Health Association) (Notoamodjo, 2005).
Perkembahangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia.
1.
Masa
Pra Kemerdekaan.
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral
Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada
tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di
Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi
Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu
NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935
diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas
kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di
Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian
mengembangankan percontohan dan propaganda kesehatan.
2.
Masa
Era Kemerdekaan.
a. Pra Reformasi.
1).
Masa Orde Lama.
Pada
tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah,
yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan
preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah
Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian
didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong
Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro
(Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden
Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut
menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).
2).
Masa Orde Baru.
Konsep
Bandung Plan terus dikembangkan, tahun
1967 diadakan seminar konsep
Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep
Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya
bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal
dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB,
Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan
Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977
Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”,
di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ”
Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada pen’Tipe’an, dan
dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’
Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan
Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu
dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya
(Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk
pelayanan Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu
tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen
gizi lainnya. Bahkan Posyandun saat ini
juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial)
seperti PIN, Campak, Vit A, dsb.
b.
Pra Reformasi.
0 komentar:
Posting Komentar